ketika sampai Sao Paulo saya mendapat penjelasan dari insinyur muda bahwa mereka bertani tanpa pupuk, tanpa irigasi & tanpa olah tanah, saya bingung apa ya bisa ?


Begini ceritanya, seperti terlihat di foto, ketika panen bijiannya masuk ke Tangki Penampung untuk diproses, dikeringkan dll, terus batang & daun dihancurkan ditebar ke lahan, di depan panen langsung hari itu juga di belakang tanam karena serasahnya sudah lembut,

tahun pertama kedua masih pakai pupuk NPK tapi SETELAH 3 TAHUN atau 9 x panen silih berganti terjadi tumpukan biomasa yg paling atas masih segar berfungsi sebagai MULSA untuk menahan agar air tidak menguap, lapisan kedua sdh menjadi KOMPOS, lapisan ketiga sudah terurai jadi HARA YANG SIAP DISERAP, di bawah tanah ada jutaan bahkan milyaran saluran2 mikro dari bekas2 akar,

bila hujan turun lubang-lubang tersebut akan menjadi saluran air untuk masuk ke dalam tanah bila tidak ada hujan air akan menguap ke atas di atas tertahan tumpukan biomas sehinggga tanah cukup lembab sehingga TIDAK PERLU IRIGASI, juga tanah kaya akan hara hasil dekomposisi tumpukan biomas sehingga TIDAK PERLU PUPUK tanahpun senantiasa lembab & lembut sehingga TIDAK PERLU DIBAJAK, di sudut-sudut kebun ada kolam pembiakan micro-organisme untuk disemprotkan setiap waktu tertentu,


orang-orang Belanda yang menemukan, ketika Indonesia Merdeka pindah dari Pasuruan ke Brazil karena di Belanda tidak ada kebun Tropis akhirnya Brazil Juara di Bidang Kopi, Gula dll yang sebelumnya juaranya Hindia Belanda (Indonesia) sampai tahun 1938 maka Belanda membangun rel kereta 8000 km itu infrastruktur pertanian untuk diexport ke seluruh dunia, itulah titik singgung Sejarah antara Brazil & Indonesia

(Choliq, Achsin U.)