MENUJU PERTANIAN KOLEKTIF, segala Sarana Produksi, Hasil Panen & Penjualan dikendalikan Organisasi Petani, seperti Koperasi COAMO di Brazil menggarap jutaan hektar lahan petani, Coamo mencari dana dari Bank, menghimpun teknologi dari berbagai lembaga riset. Menggarap lahan mulai dari mengolah tanah, merawat, panen, mengolah hasil panen & memasarkan, hasilnya setelah untuk membayar hutang Bank, 80% untuk petani, 20% untuk Coamo, petani tidak modal, hanya mengawasi lahannya bila ada masalah tinggal lapor ke Coamo. Dengan masuknya Teknologi Mutakhir & Modal Cukup hasil panen 2-3 x lipat dari sebelum kolektif karena SOP BERTANI diikuti dengan benar

Karena garapnnya luas Coamo kaya raya, punya Mal isinya lengkap dari bumbu dapur sampai mobil, kalau petani mau belanja tinggal gesek uangnya semua tersimpan di Bank Coamo, tidak hanya punya Mal Coamo juga punya Rumah Sakit, Tim Sepakbola, Industri dll, pedagang tidak bisa ngakali petani lagi karena Coamo punya sistem perdagangan sendiri.

Di Indonesia di sekitar kota2 besar lahan pertanian tidak ekonomis lagi karena lbh layak dengan bekerja di Pabrik dll, juga kepemilikan lahan semakin sempit MAKA PERTANIAN KOLEKTIF atau PERTANIAN BERJAMAAH MENJADI PILIHAN AGAR BISA DIHIMPUN MODAL, TEKNOLOGI & PEMASARANNYA YANG TERMANAGE DALAM SATU ATAP SISTEM MANAGEMEN dan bertani pun akan mampu mengikuti SOP hasil riset yg selama ini disimpan di laci, Insya Allah hasilnya akan berlipat ganda karena limbah pertanian dengan teknologi diolah jadi pakan ternak untuk hasilkan DAGING, SUSU & PUPUK, bagi kita yang lahannya pertaniannya semakin sempit tidak efficient kalau digarap sendiri sendiri harus kolektif agar biaya produksi turun tapi produktivitas meningkat jauh.

Choliq, Achsin U.