sampah yang mudah terurai dikompos, sampah kayu & ranting atau kayu bekas bangunan dibakar pelan-pelan, arang atau abunya dicampur dengan kompos jadi pupuk majemuk.


peladang berpindah baik di Asia Tenggara maupun Amerika Latin melakukan itu untuk mendapat lahan pertanian yang subur tanpa pupuk, ketika perusahaan besar & plasmanya melakukan hal itu muncul bencana besar berupa kebakaran hutan yang tidak terkendali, untuk membuka hutan dengan mesin perlu dana besar sekitar Rp 15 juta per ha tapi dengan membakar hanya modal korek api maka dapat lahan subur karena itu selalu ada yang bakar lahan, untuk sekali kecil masih bisa dilakukan, abu hasil masak bila dikumpulkan terus dicampur kompos jadi tanah subur untuk tanam buah atau kebutuhan sayur, abu bakar disamping memberi unsur mikro juga meningkatkan pH tanah sehingga kompos atau pupuk kandang tidak lagi asam, masalah itu muncul ketika kita melampaui batas alam, idealnya di musim hujan mengompos, di musim kemarau bakar kayu & ranting pelan-pelan untuk mendapatkan pupuk majemuk pada awal musim tanam, seperti kata Schumacher "Small is beautiful"

Choliq, Achsin U.